Senin, 11 Juni 2018

Membangkitkan Industri Surimi


Membangkitkan Industri Surimi
Taufik Hidayat
Dosen Tetap Perikanan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Pelarangan cantrang oleh pemerintah pusat (KKP RI) menyebabkan efek negative bagi para pelaku industri surimi. 15 perusahaan yang bergerak di bidang surimi menyatakan bangkrut akibat pasokan bahan baku yang berkurang. Total invesitasi yang mencapai 110 US dollar untuk upaya ekspor pun mengalami kerugian. Hal ini sangat kontradiktif dengan aturan presiden yang dikeluarkan melalui Perpres no 7 tahun 2016 tentang percepatan industrialisasi perikanan.  Bahkan sangat bertolak belakang dengan Nawa Cita Presiden Jokowi dan JK yang sangat jelas di point 6 yang menggambarkan bahwa Indonesia harus mampu menciptakan produk yang berdaya saing degan produk-produk dari luar negeri. Surimi salah produk intermediet yang kebutuhannya sangat mendukung dalam menciptakan produk yang berdaya saing.
Industri Surimi
Selama ini surimi dibuat dari berbagai jenis ikan tangkap seperti: kurisi, ikan merah/ikan mata goyang, ikan gulamah/tigawaja dan ikan kuniran/ikan biji nangka. Ketersediaan bahan baku ikan tersebut di atas sepanjang tahun sangatlah fluktuatif dan tergantung dari iklim, cuaca serta musim tangkap. Dengan demikian kondisi industri surimi umumnya tidak dapat beroperasi secara optimal, dan beberapa perusahaan bahkan usahanya telah gulung tikar karena skala produksinya menjadi tidak layak lagi untuk diteruskan. Menurut data statistik, pada tahun 2008 kapasitas terpasang industri surimi di Indonesia telah mencapai 16,5 ribu ton, namun produksinya hanya 7,3 ribu ton, dengan demikian tingkat produksinya hanya 44%.
Surimi merupakan produk olahan hasil perikanan setengah jadi berupa daging ikan lumat beku yang telah mengalami proses pencucian (leaching), pengepresan, penambahan bahan tambahan (cryoprotectant), dan pengepakan. Surimi biasanya dibuat dari ikan laut berdaging putih dan digunakan sebagai bahan awal pembuatan aneka produk olahan ikan (Fish Jelly Product), misalnya: sosis, otak-otak, nugget, kamaboko, suji, chikuwa, ekado, lobster/udang/kepiting imitasi dll. Awalnya Surimi  berasal dari Jepang dan saat ini telah menjadi produk yang mendunia, karena disamping praktis dalam pemanfaatannya, surimi juga dapat tersedia sepanjang tahun dengan kualitas terjaga.  Di Indonesia surimi masih sulit didapatkan karena umumnya langsung diekspor. Belum berkembangnya industri olahan ikan, diskontinyuitas bahan baku, harga jual surimi yang cukup tinggi dan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap protein ikan masih sangat rendah, menjadi alasan mengapa produk surimi tidak berkembang di tanah air.
Pengalihan alat tangkap
Upaya-upaya solutif untuk menyelesaikan  masalah surimi ini banyak alternative-alternatif yang bisa dilakukan. Alat tangkap cantrang yang dilarang oleh keputusan menteri ini tentuya memang sangat berdampak. Namun kajian mengenai cantrang belum selesai secara komprehensif. Selama ini penggunaaan cantrang tidak merusak lingkungan. Hal ini sesuai dengan KP No 42/2014 yang telah dikaji secara akademis. Tetapi, aturan sudah ditegakkan, cantrang yang dilarang sudah seharusnya ada pengalihan alat tangkap yang bisa menangkap bahan baku surimi. Pengalihan ke gill net sebenarnya menjadi salah satu upaya. Namun, pengalihan dan sosialisasi dari pemerintah cukup lambat sehingga penggunaan gill net pun untuk nelayan menangkap ikan ikan untuk bahan baku surimi menjadi terhambat. Untuk itu, pemerintah dalam hak ini Kementerian Kelautan dan Perikanan RI agar dapat kembali melakukan edaran untuk mengalihkan alat tangkap cantrang ke gill net agar nelayan yang memasok bahan baku untuk pembuatan surimi bisa aktif kembali dan menjamin ketersediaan stok ikan untuk industri surimi terjamin ketersediaanya.
Membangkitkan industri surimi melalui inovasi
Permasalahan bahan baku yang banyak dikeluhkan oleh industri akibat dilarangnya penggunaan cantrang, bisa diatasi dengan mensubsitusi bahan baku surimi melalui teknologi inovasi. Saat ini banyak penelitian yang mengembangkan surimi dengan bahan baku ikan tawar, misalnya dengan menggunakan bahan baku ikan nila. Teknologi surimi ikan nila telah dikembangkan oleh BPPT dapat menghasilkan rendemen yang sama dengan ikan kurisi yang menjadi andalan dalam pembuatan surimi dan kualitasnya gel tidak berbeda signifikan. Kemudian, saat ini juga ada pengembangan surimi dari ikan lele yang oversize. Memanfaatkan teknologi surimi menggunakan bahan baku ikan lele yang oversize, artinya lele yang tidak dikonsumsi oleh masyarakat juga dapat menghasilkan surimi yang berkualitas baik dengan kekuatan gel yang juga tidak berbeda jauh dengan ikan kurisi. Bahkan surimi dari ikan lele oversize juga dapat dihasilkan dalam bentuk kering. Selama ini surimi yang ada balam bentuk beku, tetapi melalui teknologi inovasi surimi dapat dihasilkan dalam bentuk kering, praktis dan sangat mudah jika diekspor. Disamping itu, bahan baku dari ikan hasil tangkap samping ataupun ikan rucah juga bsia berpotensi untuk bisa menajdi bahan baku surimi. Dan banyak lagi inovasi-inovasi yang dilakukan dengan mengalihkan sumber bahan baku utama pembuatan surimi ke bahan baku yang mudah dibudidayakan. Ketika menyusun, RSNI untuk surimi, penulis waktu itu memang berpendapat bahwa surimi sebaiknya tidak mengandalkan bahan baku dari perairan demersal, tetapi bisa dapat menggunakan semua bahan baku yang dapat menghasilkan kualitas gel surimi yang baik.
Membangkitkan kembali industri surimi, keterjaminan stok ikan melalui pengalihan alat tangkap, mengupayakan mencari bahan baku yang dapat digunakan sebagai bahan baku surimi merupakan sebagian dari banyak solusi yang bisa dilakukan agar industri surimi tidak bangkrut. Industri surimi harus diperhatikan. Keberlanjutannya sangat bermanfaat bagi bangsa ini dalam hal devisa negara. Pemerintah harus memperhatikan ini dengan memberikan alternatif solusi yang konkrit dan berkelanjutan agar industri ini tetap hidup dan menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya serta memberikan nilai tambah yang sangat menguntungkan untuk hasil tangkap nelayan. 

Diterbitkan: Padang Ekspress
.