Selasa, 08 Februari 2022
Kebutuhan Suplemen Kapsul Meningkat, BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Rumput Laut
Konsumsi suplemen dan multivitamin masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19 meningkat. Peningkatannya turut memengaruhi lonjakan kebutuhan suplemen dan multivitamin kemasan berbentuk kapsul. Bentuk kapsul yang diminati berupa cangkang kapsul maupun kapsul lunak. Kebutuhan kapsul lunak (soft capsule) sendiri mencapai tiga miliar butir per tahunnya, dimana 90% diantaranya masih didominasi dari bahan gelatin hewani.
Tingginya penggunaan gelatin pada kapsul lunak, sejatinya bisa disubstitusi dengan penggunaan bahan berbasis vegetable (sayuran) yang bisa ditemukan di tumbuhan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Terlebih Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai USD 279,58 juta (data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan).
Melimpahnya ketersediaan bahan baku serta potensi yang besar dari rumput laut, tim periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memutuskan melakukan riset aplikatif untuk produk bernilai tambah dari rumput laut, yaitu pengembangan kapsul lunak berbasis rumput laut.
Pada bulan Desember 2021 lalu, tim periset BRIN akhirnya berhasil menemukan formulasi yang tepat untuk digunakan dalam skala industri. Tim ini telah berhasil menghasilkan prototipe kapsul lunak yang diinginkan.
Periset PTA BRIN Taufik Hidayat mengatakan timnya berhasil menghasilkan kapsul lunak dengan elastisitas tinggi, tingkat daya rekat yang baik, tidak berbau, dan tidak bocor.
Taufik yang memiliki keahlian di bidang teknologi hasil perairan, khususnya rumput laut, langsung dipercayakan masuk ke dalam riset pengembangan kapsul keras dan kapsul lunak. Pada 2019 lalu, ia juga membantu dalam uji stabilitas cangkang kapsul rumput laut BPPT telah berhasil diserap oleh industri, yakni PT Kapsulindo Nusantara.
“Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, tim melakukan kajian terkait aspek bahan baku dan komposisi formula yang dapat digunakan untuk menghasilkan kapsul lunak. Akhirnya didapatkan kombinasi karagenan yang sesuai untuk dikembangkan di skala Industri,” ujar Taufik yang menyelesaikan Sarjana dan Magisternya di Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor.
Ia menambahkan keunggulan menggunakan karagenan yaitu memiliki viskositas dan elastisitas yang tinggi, serta dipastikan halal untuk konsumen vegetarian.
Taufik sendiri optimis dengan hasil riset yang dilaksanakan oleh timnya. Ia mengklaim bahwa kapsul lunak berbasis tumbuhan ini akan lebih tepat serta optimal untuk membungkus bahan aktif (isian kapsul) yang juga berasal dari tumbuhan, seperti vitamin non-hewani, jamu, obat herbal, dan fitofarmaka.
Teknologi Pengembangan Kapsul Lunak. Saat ini tren market dan masyarakat vegan sangat meningkat, bahkan populasinya mencapai 70% hampir diseluruh wilayah asia pasifik, bahkan sampai ke Indonesia. “Tren kapsul lunak juga mulai diminati oleh pelaku industri di dunia, bahkan industri kapsul besar di Tiongkok memprediksi pada tahun 2025 kapsul berbasis non gelatin menjadi salah satu segmen yang paling menguntungkan,” ujarnya.
Dengan adanya riset yang dilakukan secara berkesinambungan oleh periset BRIN, diharapkan dapat menciptakan kapsul lunak rumput laut yang sesuai dengan standar farmakope dan BPOM sehingga siap untuk dikomersialkan dan dipasarkan kepada masyarakat.
Pembuatan kapsul lunak di Indonesia sendiri dikatakan Taufik merupakan teknologi yang advance. Hal ini dikarenakan proses enkapsulasi dan pembentukan prototipe dibutuhkan mesin.
Dirinya menjelaskan pembuatan kapsul lunak berbasis rumput laut dimulai dari optimasi formulasi skala lab yang dilakukan di lab Pengolahan Perikanan Agroindustri, kemudian dilanjutkan dengan produksi langsung di lokasi pabrik mitra industri.
“Mencari mitra yang mau mengembangkan kapsul lunak tidaklah mudah. Hingga akhirnya kami mendapatkan mitra yang cocok dan tertantang untuk mengembangkan kapsul lunak berbasis rumput laut ini,” ungkap Arief. “Alhamdulillah kami telah melakukan kerjasama dengan PT Nova Chemie Utama (NCU) dan kerjasama ini masih berlanjut dengan harapan produk ini bisa dikomersialkan dan mengisi pasar domestik maupun luar negeri,” pungkasnya (sas, arf, rvl/ ed: drs)
Kebutuhan Suplemen Kapsul Meningkat, BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Rumput Laut
https://jasuda.net/berita_detail.php?ID=1434
Konsumsi suplemen dan multivitamin masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19 meningkat. Peningkatannya turut memengaruhi lonjakan kebutuhan suplemen dan multivitamin kemasan berbentuk kapsul. Bentuk kapsul yang diminati berupa cangkang kapsul maupun kapsul lunak. Kebutuhan kapsul lunak (soft capsule) sendiri mencapai tiga miliar butir per tahunnya, dimana 90% diantaranya masih didominasi dari bahan gelatin hewani.
Tingginya penggunaan gelatin pada kapsul lunak, sejatinya bisa disubstitusi dengan penggunaan bahan berbasis vegetable (sayuran) yang bisa ditemukan di tumbuhan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Terlebih Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai USD 279,58 juta (data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan).
Melimpahnya ketersediaan bahan baku serta potensi yang besar dari rumput laut, tim periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memutuskan melakukan riset aplikatif untuk produk bernilai tambah dari rumput laut, yaitu pengembangan kapsul lunak berbasis rumput laut.
Pada bulan Desember 2021 lalu, tim periset BRIN akhirnya berhasil menemukan formulasi yang tepat untuk digunakan dalam skala industri. Tim ini telah berhasil menghasilkan prototipe kapsul lunak yang diinginkan.
Periset PTA BRIN Taufik Hidayat mengatakan timnya berhasil menghasilkan kapsul lunak dengan elastisitas tinggi, tingkat daya rekat yang baik, tidak berbau, dan tidak bocor.
Taufik yang memiliki keahlian di bidang teknologi hasil perairan, khususnya rumput laut, langsung dipercayakan masuk ke dalam riset pengembangan kapsul keras dan kapsul lunak. Pada 2019 lalu, ia juga membantu dalam uji stabilitas cangkang kapsul rumput laut BPPT telah berhasil diserap oleh industri, yakni PT Kapsulindo Nusantara.
“Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, tim melakukan kajian terkait aspek bahan baku dan komposisi formula yang dapat digunakan untuk menghasilkan kapsul lunak. Akhirnya didapatkan kombinasi karagenan yang sesuai untuk dikembangkan di skala Industri,” ujar Taufik yang menyelesaikan Sarjana dan Magisternya di Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor.
Ia menambahkan keunggulan menggunakan karagenan yaitu memiliki viskositas dan elastisitas yang tinggi, serta dipastikan halal untuk konsumen vegetarian.
Taufik sendiri optimis dengan hasil riset yang dilaksanakan oleh timnya. Ia mengklaim bahwa kapsul lunak berbasis tumbuhan ini akan lebih tepat serta optimal untuk membungkus bahan aktif (isian kapsul) yang juga berasal dari tumbuhan, seperti vitamin non-hewani, jamu, obat herbal, dan fitofarmaka.
Teknologi Pengembangan Kapsul Lunak
Saat ini tren market dan masyarakat vegan sangat meningkat, bahkan populasinya mencapai 70% hampir diseluruh wilayah asia pasifik, bahkan sampai ke Indonesia. “Tren kapsul lunak juga mulai diminati oleh pelaku industri di dunia, bahkan industri kapsul besar di Tiongkok memprediksi pada tahun 2025 kapsul berbasis non gelatin menjadi salah satu segmen yang paling menguntungkan,” ujarnya.
Dengan adanya riset yang dilakukan secara berkesinambungan oleh periset BRIN, diharapkan dapat menciptakan kapsul lunak rumput laut yang sesuai dengan standar farmakope dan BPOM sehingga siap untuk dikomersialkan dan dipasarkan kepada masyarakat.
Pembuatan kapsul lunak di Indonesia sendiri dikatakan Taufik merupakan teknologi yang advance. Hal ini dikarenakan proses enkapsulasi dan pembentukan prototipe dibutuhkan mesin.
Dirinya menjelaskan pembuatan kapsul lunak berbasis rumput laut dimulai dari optimasi formulasi skala lab yang dilakukan di lab Pengolahan Perikanan Agroindustri, kemudian dilanjutkan dengan produksi langsung di lokasi pabrik mitra industri.
“Mencari mitra yang mau mengembangkan kapsul lunak tidaklah mudah. Hingga akhirnya kami mendapatkan mitra yang cocok dan tertantang untuk mengembangkan kapsul lunak berbasis rumput laut ini,” ungkapnya. “Alhamdulillah kami telah melakukan kerjasama dengan PT Nova Chemie Utama (NCU) dan kerjasama ini masih berlanjut dengan harapan produk ini bisa dikomersialkan dan mengisi pasar domestik maupun luar negeri,” pungkasnya.
BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Berbasis Rumput Laut
https://eduwara.com/brin-kembangkan-riset-kapsul-lunak-berbasis-rumput-laut
Eduwara.com, JAKARTA— Tim periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset aplikatif pengembangan kapsul lunak berbasis rumput laut untuk memaksimalkan potensi bahan baku yang melimpah dan naiknya permintaan kapsul untuk suplemen maupun multivitamin.
Periset PTA BRIN Taufik Hidayat mengatakan timnya berhasil menghasilkan kapsul lunak dengan elastisitas tinggi, tingkat daya rekat yang baik, tidak berbau, dan tidak bocor.
“Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, tim melakukan kajian terkait aspek bahan baku dan komposisi formula yang dapat digunakan untuk menghasilkan kapsul lunak. Akhirnya didapatkan kombinasi karagenan [zat rumput laut] yang sesuai untuk dikembangkan di skala Industri,” ujar Taufik seperti dikutip dari situs resmi BRIN, Selasa (25/01/2022).
- Galakkan Literasi, SMPN 2 Bantul Hadirkan Perpus Mini di Dalam Kelas
- IPB Jajaki Kerja Sama dengan Bosnia-Herzegovina
- Tim KKN ITS Kembangkan Aplikasi Pencatatan dan Pengawasan Ternak
Dia menambahkan keunggulan menggunakan karagenan yaitu memiliki viskositas dan elastisitas yang tinggi, serta dipastikan halal untuk konsumen vegetarian.
Taufik sendiri optimis dengan hasil riset yang dilaksanakan oleh timnya. Ia mengklaim bahwa kapsul lunak berbasis tumbuhan ini akan lebih tepat serta optimal untuk membungkus bahan aktif (isian kapsul) yang juga berasal dari tumbuhan, seperti vitamin non-hewani, jamu, obat herbal, dan fitofarmaka.
Adapun, kebutuhan kapsul lunak (soft capsule) sendiri mencapai tiga miliar butir per tahunnya, dimana 90% diantaranya masih didominasi dari bahan gelatin hewani.
Tingginya penggunaan gelatin pada kapsul lunak, sejatinya bisa disubstitusi dengan penggunaan bahan berbasis vegetable (sayuran) yang bisa ditemukan di tumbuhan rumput laut sebagai bahan dasarnya.
Terlebih, Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah China, dengan volume ekspor 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai US$ 279,58 juta berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
- UNS Izinkan Mahasiswa Kuliah Luring, Begini Syaratnya
- Yuk, Intip PTM Terbatas di SLBN Karanganyar, Apa Saja Kegiatan Siswanya?
- Siswa SDN Karangasem 4 Solo Sudah Vaksin Dosis Dua, Orang Tua Ingin PTM 100 Persen
Tren Vegan
Sementara itu, saat ini tren market dan masyarakat vegan sangat meningkat, bahkan populasinya mencapai 70% hampir diseluruh wilayah asia pasifik, bahkan sampai ke Indonesia.
“Tren kapsul lunak juga mulai diminati oleh pelaku industri di dunia, bahkan industri kapsul besar di China memprediksi pada 2025 kapsul berbasis non-gelatin menjadi salah satu segmen yang paling menguntungkan,” ujarnya.
Dengan adanya riset yang dilakukan secara berkesinambungan oleh periset BRIN, diharapkan dapat menciptakan kapsul lunak rumput laut yang sesuai dengan standar farmakope dan BPOM sehingga siap untuk dikomersialkan dan dipasarkan kepada masyarakat.
“Kami telah melakukan kerjasama dengan PT Nova Chemie Utama (NCU) dan kerjasama ini masih berlanjut dengan harapan produk ini bisa dikomersialkan dan mengisi pasar domestik maupun luar negeri,” kata Taufik.