Selasa, 27 Juli 2021

Industri Perikanan, Bisa Apa?





 Komisi IV DPR tiba tiba mengundang rapat Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia terkait masalah sarana prasana dan keluatan perikanan di Indonesia. Kebetulan saya mewakili MPHPI untuk memaparkan permasalahan kelautan dan perikanan terutama untuk bidang industri perikanan. Ini merupakan suatu kehormatan dan kesempatan penting untuk memaparkan sejauh mana kondisi industri perikanan di Indonesia. Kesempatan ini saya gunakan untuk menchalange anggota DPR untuk bisa peduli kepada konstituen nya di daerah, terutama menyelamatkan kondisi UMKM bidang pengolahan perikanan yang puluhan ribu jumlahnya. 


Perlu anda ketahui bahwa jumlah UMKM bergerak di bidang pengolahan perikanan adalah 68.000-an (98%), dan real yang berjalan ada sekitar 48.000-an. Artinya hampir 98% usaha yang bergerak dibidang perikanan sifatnya UMKM dan industri kecil berbasis rumah tangga. Dalam industri global bidang pertanian, sektor perikanan menyumbangkan 15 % sehingga memang sangat potensial dalam menyumbang PDB nasional.  Masalah ini sampai saat ini tidak disentuh secara komperhensif, meskipun kita sadar bahwa sektor hulu ini juga masalahnya juga banyak, berantakan, dan sampai saat ini juga mempengaruhi sektor hilir. katakanlah terkait dengan kondisi nelayan kecil, ilegal fishing, dan juga masalah sarana dan prasarana. Menjadi kompelks dan saya rasa sudah berapa puluh tahun kementerian ini didirikan, tidak selesai-selesai. berubah kebijakan, menterinya bermasalah, menyebabkan kementetian ini tidak punya goal yang jelas untuk memajukan sektor perikanan dan kelautan. \

Kembali dengan sektor UMKM tadi, hadirnya UU cipta kerja menimbulkan beberapa banyak pertanyaan, Ok lah untuk mempercepat investasi, tetapi pertanyaan kembali lagi investasi untuk siapa? apakah ada jaminan bagi investor? apakah UU ini menyelesaikan beberapa permasalahan kelautan dan perikanan? jawabannya masih belum jelas, karena turunan aturan ini sungguh akan melahirkan keputusan menteri yang banyak. Hal ini menjadi bertanya -tanya lagi.. ketidak pastian regulasi apakah akan menjadi penghambat lagi? apakah angan -angan UMKM naik kelas apakah akan tercapai? pertanyaan demi pertanyaan akan muncul, mengingat industri kecil kita saat ini juga dihantam pandemi covid-19, bahan baku infrastruktur dan juga pendidikan dan pengetahuan pelaku usaha kita yang terbatas. Saya menyoroti tajam regulasi bagi UMKM yang harus mempunyai sertifikat kelayakan pengolahan atau saat ini berganti nama GMP sertified. Apakah UMKM kita mampu memenuhi hal tersebut? apalagi jika tidak punya sanksinya cukup berat, dikenakan denda yang sangat besar. apakah 68.000 an UMKM ini komit harus perlu GMP sertified ini. Mereka hanya berpikir bagaimana usahanya laku dapat duit dan bisa sekolahkan anak, hanya itu tidak memikirkan apakah bangunan usahanya layak, sanitasi higiene, dan juga pengetahuan mutu. Justru berbahayanya regulasi mewajibakan UMKM ini akan membinasakan UMKM sendiri. dan saya miris, bahwa anggota DPR juga banyak tidak tau, dan terkesan hanya mengejar program KKP yang bombastis yaitu pnbp 12 t dari tangkap yang menurut saya target itu jauh panggang dari api, itung-itungan yang belum pas antar kabupaten provinsi dan pusat, kemudian aturan transhipment, dan belum lagi data-yang dipunya pemerintah yang tidak pas itungannya,sehingga banyak yang meragukan. belum lagi target ekspor udang 2juta ton, tapi banyak tambak yang mangkrak dan industri pakan yang masih impor. hal ini hanya menjadi sebatas eventual, tidak adanya kesungguhan. Anggaran hanya habis untuk perjalanan dinas tanpa menghasilkan brief note apa yang bisa menyelesaikan persoalan. katakanlah industri kita pindang yang sampai saat ini begitu begitu saja, tidak ada terobosan, dibantu pihak luar pun sudah, tapi hasilnya juga mengkhawatirkan.


oleh karena itu, saya sangat sadar bahwa memajukan ekonomi perikanan in tidak mudah. Butuh political will negara.  Semua stakeholder harus satu frekuensi baik dari hulu sampai hilir sehingga terwujudnya integrasi. Regulasi yang berubah ubah dan penuh ketidakpastian harus diselesaikan. Perlu blue print, disemua sekotr dari tangkap hingga hilir industrialisasi, apa target jangka pendek, menengah, hingga panjang sehingga ganti menteri tidak lagi berubah kebijakan. Program yang mulityears dan menyentuh satu program secara komperhensif tidak parsial, dan ini butuh dukungan DPR. yang tak kalah penting adalah, kesungguhan dan kemauan para pemangku kepentingan untuk memajukan sektor ini, tidak lagi sifatnya eventual, hanya seremoni, tapi langkah konkrti untuk memajukan nelayan kita. seperti jepang, yang mempunyai koperasi nelayan yang membuat industri disana tertata rapi dan disiplin. Nawa cita Presiden, untuk kemajuan industri perikanan berdaya saing harus diwujudkan nyata. Tidak lagi mangkrak, dan menjadi museum hingga akhirnya, 


*opinipribadi





Sabtu, 24 Juli 2021

Aku dan Arah Baru Mangrove untuk Masa Depan Indonesia

 

Aku dan Arah Baru Mangrove untuk Masa Depan Indonesia

Taufik Hidayat

Wasekjen Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, MPHPI  (2018-2023)

Perekayasa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

 

Mangrove adalah salah satu kekayaan alam Indonesia yang mempunyai potensi yang melimpah. Bangsa dunia tentunya iri dengan adanya mangrove di Indonesia. Bagaimana tidak, mangrove tidak hanya sebagai untuk mencegah abrasi saja, tetapi mempunyai potensi yang terpendam yang saat ini eksplorasinya tidak henti-hentinya. Banyak peneliti asing yang ingin mempelajari mangrove yang spesiesnya berankea ragam. Hampir seluruh wilayah Indonesia dapat dihidupi oleh mangrove. Aspek geografis, perubahan iklim, dan aspek keberlanjutan pangan juga sangat erat kaitannya dengan mangrove. Banyak orang yang tidak menyadari bagaimana begitu luar biasanya mangrove dapat meningkatkan perekonomian bangsa. Pak Presiden pernah menyatakan dalam nawacitanya, bahwa Indonesia harus mempunyai produk produk yang berdaya saing, dan dapat meningkatkan perekonomian bangsa. Tidak disangka, sebenarnya jauh dari nawacita ini, mangrove sudah memulainya. Mangrove untuk perekonomian bangsa.  Masalahnya, tentu mangrove sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui tentu bisa mengalami penurunan. Mulai berkurangnya luas lahan untuk pemukiman, bahkan saat ini banyak mangrove yang rusak, tentu ini menjadi permasalahan yang harus diselesaikan. Disamping kelestarian alam, tentu keberadaan mangrove di masa depan harus mulai diperhitungkan dari sekarang, agar mangrove tidak punah, dan lahannya tidak tergerus dengan derasnya arus zaman.

Sebagai peneliti yang fokus dibidang kelautan dan perikanan, mangrove menjadi aspek penting bagi saya untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Berbagai jenis mangrove yang telah dieksplorasi, menunjukkan bahwa potensi mangrove sebagai pangan dan non pangan sangat lah besar. Masih terngiang diingatan saya, bahwa wkatu menyelesaikan tugas akhir. Karena kebuntuan ide, saya kemudian refreshing sambil melihat keindahan alam Indonesia. Waktu itu saya melihat kawasan mangrove yang ada di Jakarta Utara, melihat konservasi mangrove saya jadi berpikir kenapa tidak dikembangkan saja mangrove ini kesuatu produk baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Berawal dari hal tersebut, saya langsung terpikir untuk membuat suatu inovasi baru yang bernilai tambah dari mangrove. Hingga akhirnya saya keliling pulang jawa, mulai dari jawa barat, jawa tengah, hingga ke jawa timur. Saya ingin melihat sejauh mana mangrove ini mempunyai potensi, sehingga ketika kita mengembangkan kita tidak perlu khawatir dengan keberlangsungan hidup mangrove. Akhirnya saya menemukan lokasi yang pas untuk melihat bagaimana kontribusi mangrove untuk perekonomian masyarakat. Di Jawa timur, tepatnya di wonorejo industri berbasis mangrove skala UMKM berkembang sangat pesat. Banyak kelompok yang mengembangkan mangrove kearah produk pangan dan kosmetik. Mulai dari tepung hingga pembuatan sirup. Disamping itu, juga pewarna batik dibuat dari akar dan batang mangrove. Batik ini menjadi khas di daerah sana dan saya dengar sudah di ekspor keluar negeri.

Pengalaman inilah yang menyebabkan saya menjadi fokus dan meneliti mangrove baik dari daunnya, batangnya, dan hingga buahnya. Saya terkesan dengan buah lindur, atau disebut juga buah tancang. Buah ini banyak saya temukan di jawa timur. Akhirnya saya memutuskan kembali ke Jakarta dan mulai fokus meneliti mangrove hingga tuntas terutama untuk buah lindur atau dalam penamaan spesiesnya (Bruguiera gymnorrhiza) dengan berbagai sumber ada dari kalimantan, jawa timur, dan hingga dari sangihe (perbatasan Sulawesi Utara (Indonesia) dengan Filipina). Disamping untuk tugas akhir, saya dan tim  juga ingin mencari tahu secara konperhensif bagaimana manfaat mangrove  untuk pangan dan kesehatan. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa ekstrak akar dan  batang lindur mempunyai nilai antioksidan yang tinggi, diikuti juga daun dan buah. Hasil tes menunjukkan bahwa antioksidan yang ada pada buah lindur dikategorikan sangat kuat (Nurjanah et al. 2016; Nurjanah et al. 2015). Publikasi ini saya terbitkan pada jurnal internasional di amerika, dan informasi ini banyak disitasi juga oleh penelitian lain. Saya berkesimpulan bahwa mangrove dapat dijadikan produk yang sangat baik untuk kesehatan dibandingkan dengan bahan baku hasil laut lainnya. Tidak sampai disitu saja, setelah melihat potensi dari bahan baku buah lindur, saya juga mengembangkan menjadi produk yang bernilai tambah. Saya membuat beras tiruan dari tepung buah lindur dengan saya kombinasikan dengan bahan lain. Hasil juga menunjukkan bahwa beras analoig lindur juga mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu sebesar 86,10 persen dan ini juga setara nasi yang dikonsumsi oleh masyarakat. Produk ini juga low glikemi indeks artinya cocok bagi penderita diabetes. Alternatif produk ini merupakan salah satu diversifikasi agar dapat menajdi salah satu alternatif bagi masyarakat dalam mengkonsumsi beras. Banyak yang tertarik dengan inovasi ini, saya pernah diminta untuk presentasi dalam berbagai forum, hingga penelitian saya ini juga didanai oleh Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) batch 2 dan juga dari Kementerian pendidikan dan kebudayaan. Disamping itu, beras ini juga menjadi salah satu karya inovasi 109 BIC dan LIPI tahun 2017 dan telah dipublikasikan pada tahun 2013 (Hidayat et al. 2013). Saat ini juga beras sehat mangrove masih dalam tahap proses paten.  Buah lindur ini sudah kami petakan mulai dari produk generasi pertama hingga produk generasi keempat. Adapun generasi pertama adalah produk simplisia dan tepungbuah lindur, generasi kedua buah lindur untuk pembuatan dodol,beras analog, edible film, sirup, biskuit, dan crakers. Adapun generasi ketiga, buah lindur dengan ekstraknya sebagai antioksidan, antikanker, anti inflamasi, dan  antibakteri. Serta generasi keempat dari buah lindur dapat digunakan sebagai pembuatan bioethanol, energy terbarukan, dan Pariwisata bahari. Semuanya sudah dapat dilakukan di lab sehingga kedepannya bisa menjadi prospektif penting untuk scale up dan skala industri. Adapun untuknkategori generasi ketiga , saya menduga bahwa buah lindur dapat menjadi imunostimulan dan anti viral untuk pencegahan Covid-19 yang saat ini masih melanda Indonesia. Dengan pemetaan generasi pada buah lindur, saya berkeyakinan juga untuk spesies lain seperti  api-api (avicenia), sonnetaria (buah pedada), rizhopora, dan juga xylocarpus juga bisa dipetakan. Bahwa semuanya juga mengandung kandungan antioksidan yang sangat kuat.  

Begitu kayanya akan potensi mangrove ini tentu tidak hanya pemanfaatan saja, tetapi juga bagaimana keberlangsungannya. Saya sebagai peneliti masih ingat , bahwa ketika saya berada dijawa timur, sampel yang saya gunakan juga harus punya feedback, yaitu kita wajib menanamnya kembali. Hal ini sebagai upaya agar kelestarian mangrove tetap terjaga. Ketika kita manfaatkan, kita wajib juga untuk menanam kembali. Uniknya mangrove itu kita bisa monitor karena juga tercantum nama kita di bibit tersebut sehingga kita bisa mengetahui sejauh mana pertumbuhannya.  Hal ini membuat saya berkeyakinan bahwa mangrove kedepan tidak hanya untuk merespon perubahan iklim , tetapi juga menjadi garda terdepan untuk produk pangan dna kesehatan yang bernilai tambah. Kedepan juga industri kosmetik juga semakin berkembang dan tumbuh di Indonesia, begitu juga kemandiran bahan baku obat juga lagi digalakkan kembali. Saya percaya kedua industri itu tentu membutuhkan keberadaan mangrove sebagai bahan baku industri. Saat ini xylocarpus juga sudah digunakan untuk berbagai produk kosmetik, dan hasil riset terkait khasiat mangrove dapat menjadi arah baru untuk pengembangan bahan baku obat di dalam negeri. Saya selalu percaya bahwa eksitensi mangrove akan terus berjalan dan kebermanfaatannya akan selalu menjadi harapan bagi rakyat. Hadirnya produk beraneka macam dari mangrove sebagian besar dikelola oleh UMKM dan industri rumah tangga. Ini menjadi modal dan bekal untuk arah baru ekonomi biru yang dicanangkan oleh pemerintah ataupun zero waste system untuk ekonomi itu dapat tercapai jika  mangrove jadi garda terdepan. Apalagi dalam era new normal ini, inovasi berbasis mangrove akan semakin kaya di masyarakat.

proses pembuatan tepung lindur

proses pembuatan beras analog

                                                             Piagam penghargaan beras sehat mangrove  dari BIC dan LIPI






Publikasi di Jurnal ilmiah dan media terkait mangrove Lindur