Senin, 20 Juni 2022

Akselerasi BRIN Solid Bergerak Untuk Mewujudkan Indonesia sebagai Negara Industri Berbasis Riset dan Inovasi

 

Setahun BRIN didirikan menandakan era kebaharuan riset dan inovasi di Indonesia.  Riset dan Inovasi merupakan salah satu kunci dalam pembangunan Indonesia. Akselerasi perlu dilakukan dengan cepat dan terukur, mengingat saat ini Indonesia mengalami deindustrialisasi yang sangat tajam. BRIN menjadi tokoh utama untuk menyelesaikan, Bagaimana Langkahnya?

 

Lahirnya BRIN


Disahkannya UU Sisnas IPTEK menandakan era baru dalam percepatan sains di Indonesia. Negara memang harus hadir untuk menyelesaikan berbagai kendala dalam memperkuat sains dan juga inovasi bangsa. Kehadiran UU ini melahirkan badan baru yang memang mempunyai tugas berat dalam mengangkat kembali sains dan teknologi di Indonesia. Era presiden Soekarno memang telah banyak dilakukan pondasi awal untuk meramu dan merakit bagaimana sains dan teknologi di Indonesia. Gagasan pembangunan juga dimulai dari IPTEK, agar cepat mentransformasikan Indonesia menjadi Negara Maju dalam kurun waktu yang cepat.  Begitu juga dengan era setelah bung Karno, gagasan ini kemudian diperkuat oleh presiden selanjutnya. Kita mendengar dan melihat adanya Pesawat buatan Indonesia yang digagas oleh Menristek Habibie yang kemudian menjadi Presiden.  Sains dan Teknologi memang menjadi gandengan dalam pembangunan. Hingga akhirnya di era Presiden Jokowi, IPTEK diperkuat dengan melahirkan BRIN dengan tujuan mengintegrasikan riset agar pembangunan berjalan efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ideologis, etis dan ilmiah.  Disamping menyelesaikan deindustrialisasi, BRIN harus segera mengongkrestasikan semua lembaga yang diintegrasikan. Tidak mudah memang mengintegrasikan, tetapi mau tidak mau, cepat atau lambat hal ini harus dituntaskan mengingat Indonesia mempunyai banyak tantangan yang terjal di masa depan.

BRIN Solid Bergerak

Saat ini Brin sudah menunjukkan kearah yang baik dalam menciptakan ekosistem riset. Pendanaan berbasis kebutuhan sangat baik untuk melihat sejauh mana riset –riset yang dilakukan oleh periset BRIN. Namun, tentunya hal yang sangat penting adalah bagaimana konsistensi dalam melaksanakan riset. Kebaharuan sangat penting, tetapi yang paling utama adalah bagaimana riset ini tidak hanya riset for riset tapi bagaimana riset for nation. Riset for nation sangat penting, agar publikasi riset yang dihasilkan bisa bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan masyarakat. Paling penting adalah bagaimana riset ini mudah dipahami dan diaplikasikan kedalam masyarakat. BRIN kedepan juga harus seimbang antara riset dan inovasi. Dua hal ini merupakan jembatan periset agar semua hasil itu mempunyai nilai tambah atau added value. Sebagai contoh, penulis mengembangkan riset terkait rumput laut. Saat ini rumput laut menjadi tiga salah satu komoditas ekspor. Namun sayangnya ekspornya masih dalam bentuk mentah. Arahan Perpres no 33 tahun 2019 jelas bahwa industri rumput laut harus dipercepat. Oleh karena itu, penulis melakukan riset kajian mengenai fungsi rumput laut untuk produk apa yang sangat dibutuhkan atau nantinya menjadi kebutuhan di masyarakat. Penulis yang mempunyai kompetensi dibidang pengolahan hasil perikanan  mengembangkan cangkang kapsul lunak dari rumput laut tropika dengan perspektif sirkular ekonomi, blue economy, dan zero waste system.  Kebutuhan berbasis rumput laut ini, karena selama ini bahan bakunya impor yaitu gelatin. Disamping itu, juga banyak permasalahan terkait kehalalan dari sumber bahan baku. Aspek riset awalan yaitu pengembangan cangkang kapsul berbasis laboratorium dengan mengganti sumber bahan baku. Awalan ini harus dilakukan dengan riset. Tahap inovasinya adalah bagaiman formulasi yang didapatkan nantinya bisa diaplikasikan di skala Industri.  Poin dari riset ini adalah bagaimana ternyata produk ini dilakuka berbasis riset, dan kemudian inovasi bersama –sama dikembangkan oleh industri. Artinya nilai tambah rumput laut sebagai produk terlihat dan juga aplikasinya juga sangat dibutuhkan masyarakat dan industri, mengingat saat ini masa pandemik yang membutuhkan suplemen untuk kesehatan. Hasil-hasil ini perlu terus dikembangkan di BRIN. Seluruh periset BRIN harus solid dan bergerak untuk mengisi puzzle akslersi percepatan pembangunan berbasis IPTEK dan mengejar ketertinggalan kita dengan bangsa lain dalam sains dan teknologi. BRIN bisa memulai dari mendukung program pemerintah yaitu Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan tidak selalu mengandalkan importasi. Periset BRIN bisa menemukan State The Art riset dari upaya pemerintah ini sehingga apa yang dibutuhkan masyarakat bisa dibuat sendiri di Indonesia.

BRIN kedepan

Upaya-upaya BRIN menjadi katalisator dan penghela pembangunan bangsa harus terus diupayakan dengan solidaritas dan juga sinergitas. Ouput yang dihasilkan BRIN yaitu publikasi, paten, dan prototype merupakan suatu hal yang baik. Hal ini sangat dibutuhkan juga untuk meningkatkan indeks daya saing bangsa dengan terlihatnya hasil-hasil riset yang bisa menjadi rujukan negara lain. Akan tetapi, salah satu yang harus dilakukan BRIN kedepan adalah menjaga konsistensi para periset dalam hal menemukan teknologi kunci yang dapat diaplikasikan. Konsistensi sangat penting, karena sangat sulit melihat periset tekun dengan risetnya sehingga terkadang gonta-ganti riset sehingga sulit sekali untuk mendapatkan Nobel. Indonesia perlu mendorong periset-periset untuk bisa mendapatkan Nobel yang merupakan penghargaan yang paling bergensi bagi para periset. Didukung infrastruktur riset yang memadai, memberikan fokus-fokus prioritas riset, konsistensi para sdm iptek dalam kebaharuan riset yang fokus merupakan salah satu cara untuk menuju penghargaan ini (Nobel). Ditambah lagi upaya pencarian teknologi kunci yang belum ada negara lain juga merupakan solusi yang bisa BRIN lakukan dengan memetakan riset yang ada dengan melihat Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT). Sehingga harapan BRIN kedepan, dapat mewujudkan Indonesia sebagai negara industri berbasis riset dan inovasi. Kedepan BRIN juga bisa mewujudkan Indonesia yang lagi terjebak pada pemikiran riset untuk pembangunan ilmu pengetahuan saja, tetapi sudah masuk pada paradigma riset ilmu pengetahuan untuk pembangunan, science based policy, science for better life, science for humanity and world peace. BRIN juga menjadi garda terdepan untuk mengimplentasikan riset yang handal dan berdaulat. Riset yang berdaulat, merupakan hal fundamental dalam menjalankan roda pembangunan menuju negara industri maju, negara yang mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Kamis, 10 Maret 2022

Para Pembaru

 Pembaru biasanya hidup dengan logika, pemikiran yang kuat dan cemerlang, dan mempunyai tujuan u ntuk melepaskan belenggu mitos dan kemiskinan. Pembaru ini juga ibarat cendikiawan atau change maker. 



Tapi pembaru selalu dihadang dengan resitensi, terkadang banyak tuduhan dan fitnah. dan Inilah gaya petarung pembaru, selalu maju dan beteguh hati dalam perjuang, untuk pembaruan. 

Selasa, 08 Februari 2022

BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Berbahan Dasar Rumput Laut

https://indonesiatoday.co.id/read/brin-kembangkan-riset-kapsul-lunak-berbahan-dasar-rumput-laut-346072 

BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Rumput Laut Seiring Kebutuhan Suplemen Kapsul Meningkat

https://seaweednetwork.id/kebutuhan-suplemen-kapsul-meningkat-brin-kembangkan-riset-kapsul-lunak-rumput-laut 

BRIN Kembangkan Riset Soft Capsule Berbahan Dasar Rumput Laut

https://www.kabargadget.com/brin-kembangkan-riset-soft-capsule-berbahan-dasar-rumput-laut/ 

BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Berbahan Dasar Rumput Laut

https://today.line.me/id/v2/article/vXNz8vo 

Kebutuhan Suplemen Kapsul Meningkat, BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Rumput Laut

 Konsumsi suplemen dan multivitamin masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19 meningkat. Peningkatannya turut memengaruhi lonjakan kebutuhan suplemen dan multivitamin kemasan berbentuk kapsul. Bentuk kapsul yang diminati berupa cangkang kapsul maupun kapsul lunak. Kebutuhan kapsul lunak (soft capsule) sendiri mencapai tiga miliar butir per tahunnya, dimana 90% diantaranya masih didominasi dari bahan gelatin hewani.


Tingginya penggunaan gelatin pada kapsul lunak, sejatinya bisa disubstitusi dengan penggunaan bahan berbasis vegetable (sayuran) yang bisa ditemukan di tumbuhan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Terlebih Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai USD 279,58 juta (data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan).


Melimpahnya ketersediaan bahan baku serta potensi yang besar dari rumput laut, tim periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memutuskan melakukan riset aplikatif untuk produk bernilai tambah dari rumput laut, yaitu pengembangan kapsul lunak berbasis rumput laut.


Pada bulan Desember 2021 lalu, tim periset BRIN akhirnya berhasil menemukan formulasi yang tepat untuk digunakan dalam skala industri. Tim ini telah berhasil menghasilkan prototipe kapsul lunak yang diinginkan.


Periset PTA BRIN Taufik Hidayat mengatakan timnya berhasil menghasilkan kapsul lunak dengan elastisitas tinggi, tingkat daya rekat yang baik, tidak berbau, dan tidak bocor.


Taufik yang memiliki keahlian di bidang teknologi hasil perairan, khususnya rumput laut, langsung dipercayakan masuk ke dalam riset pengembangan kapsul keras dan kapsul lunak. Pada 2019 lalu, ia juga membantu dalam uji stabilitas cangkang kapsul rumput laut BPPT telah berhasil diserap oleh industri, yakni PT Kapsulindo Nusantara.


“Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, tim melakukan kajian terkait aspek bahan baku dan komposisi formula yang dapat digunakan untuk menghasilkan kapsul lunak. Akhirnya didapatkan kombinasi karagenan yang sesuai untuk dikembangkan di skala Industri,” ujar Taufik yang menyelesaikan Sarjana dan Magisternya di Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor.


Ia menambahkan keunggulan menggunakan karagenan yaitu memiliki viskositas dan elastisitas yang tinggi, serta dipastikan halal untuk konsumen vegetarian.


Taufik sendiri optimis dengan hasil riset yang dilaksanakan oleh timnya. Ia mengklaim bahwa kapsul lunak berbasis tumbuhan ini akan lebih tepat serta optimal untuk membungkus bahan aktif (isian kapsul) yang juga berasal dari tumbuhan, seperti vitamin non-hewani, jamu, obat herbal, dan fitofarmaka.


Teknologi Pengembangan Kapsul Lunak. Saat ini tren market dan masyarakat vegan sangat meningkat, bahkan populasinya mencapai 70% hampir diseluruh wilayah asia pasifik, bahkan sampai ke Indonesia. “Tren kapsul lunak  juga mulai diminati oleh pelaku industri di dunia, bahkan industri kapsul besar di Tiongkok memprediksi pada tahun 2025 kapsul berbasis non gelatin menjadi salah satu segmen yang paling menguntungkan,” ujarnya.


Dengan adanya riset yang dilakukan secara berkesinambungan oleh periset BRIN, diharapkan dapat menciptakan kapsul lunak rumput laut yang sesuai dengan standar farmakope dan BPOM sehingga siap untuk dikomersialkan dan dipasarkan kepada masyarakat.


Pembuatan kapsul lunak di Indonesia sendiri dikatakan Taufik merupakan teknologi yang advance. Hal ini dikarenakan proses enkapsulasi dan pembentukan prototipe dibutuhkan mesin.


Dirinya menjelaskan pembuatan kapsul lunak berbasis rumput laut dimulai dari optimasi formulasi skala lab yang dilakukan di lab Pengolahan Perikanan Agroindustri, kemudian dilanjutkan dengan produksi langsung di lokasi pabrik mitra industri.


“Mencari mitra yang mau mengembangkan kapsul lunak tidaklah mudah. Hingga akhirnya kami mendapatkan mitra yang cocok dan tertantang untuk mengembangkan kapsul lunak berbasis rumput laut ini,” ungkap Arief. “Alhamdulillah kami telah melakukan kerjasama dengan PT Nova Chemie Utama (NCU) dan kerjasama ini masih berlanjut dengan harapan produk ini bisa dikomersialkan dan mengisi pasar domestik maupun luar negeri,” pungkasnya (sas, arf, rvl/ ed: drs)


Sumber: https://www.brin.go.id/kebutuhan-suplemen-kapsul-meningkat-brin-kembangkan-riset-kapsul-lunak-rumput-laut/

Kebutuhan Suplemen Kapsul Meningkat, BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Rumput Laut

 https://jasuda.net/berita_detail.php?ID=1434


Konsumsi suplemen dan multivitamin masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19 meningkat. Peningkatannya turut memengaruhi lonjakan kebutuhan suplemen dan multivitamin kemasan berbentuk kapsul. Bentuk kapsul yang diminati berupa cangkang kapsul maupun kapsul lunak. Kebutuhan kapsul lunak (soft capsule) sendiri mencapai tiga miliar butir per tahunnya, dimana 90% diantaranya masih didominasi dari bahan gelatin hewani.

Tingginya penggunaan gelatin pada kapsul lunak, sejatinya bisa disubstitusi dengan penggunaan bahan berbasis vegetable (sayuran) yang bisa ditemukan di tumbuhan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Terlebih Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai USD 279,58 juta (data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Melimpahnya ketersediaan bahan baku serta potensi yang besar dari rumput laut, tim periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memutuskan melakukan riset aplikatif untuk produk bernilai tambah dari rumput laut, yaitu pengembangan kapsul lunak berbasis rumput laut.

Pada bulan Desember 2021 lalu, tim periset BRIN akhirnya berhasil menemukan formulasi yang tepat untuk digunakan dalam skala industri. Tim ini telah berhasil menghasilkan prototipe kapsul lunak yang diinginkan.

Periset PTA BRIN Taufik Hidayat mengatakan timnya berhasil menghasilkan kapsul lunak dengan elastisitas tinggi, tingkat daya rekat yang baik, tidak berbau, dan tidak bocor.

Taufik yang memiliki keahlian di bidang teknologi hasil perairan, khususnya rumput laut, langsung dipercayakan masuk ke dalam riset pengembangan kapsul keras dan kapsul lunak. Pada 2019 lalu, ia juga membantu dalam uji stabilitas cangkang kapsul rumput laut BPPT telah berhasil diserap oleh industri, yakni PT Kapsulindo Nusantara.

“Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, tim melakukan kajian terkait aspek bahan baku dan komposisi formula yang dapat digunakan untuk menghasilkan kapsul lunak. Akhirnya didapatkan kombinasi karagenan yang sesuai untuk dikembangkan di skala Industri,” ujar Taufik yang menyelesaikan Sarjana dan Magisternya di Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor.

Ia menambahkan keunggulan menggunakan karagenan yaitu memiliki viskositas dan elastisitas yang tinggi, serta dipastikan halal untuk konsumen vegetarian.

Taufik sendiri optimis dengan hasil riset yang dilaksanakan oleh timnya. Ia mengklaim bahwa kapsul lunak berbasis tumbuhan ini akan lebih tepat serta optimal untuk membungkus bahan aktif (isian kapsul) yang juga berasal dari tumbuhan, seperti vitamin non-hewani, jamu, obat herbal, dan fitofarmaka.

Teknologi Pengembangan Kapsul Lunak

Saat ini tren market dan masyarakat vegan sangat meningkat, bahkan populasinya mencapai 70% hampir diseluruh wilayah asia pasifik, bahkan sampai ke Indonesia. “Tren kapsul lunak juga mulai diminati oleh pelaku industri di dunia, bahkan industri kapsul besar di Tiongkok memprediksi pada tahun 2025 kapsul berbasis non gelatin menjadi salah satu segmen yang paling menguntungkan,” ujarnya.

Dengan adanya riset yang dilakukan secara berkesinambungan oleh periset BRIN, diharapkan dapat menciptakan kapsul lunak rumput laut yang sesuai dengan standar farmakope dan BPOM sehingga siap untuk dikomersialkan dan dipasarkan kepada masyarakat.

Pembuatan kapsul lunak di Indonesia sendiri dikatakan Taufik merupakan teknologi yang advance. Hal ini dikarenakan proses enkapsulasi dan pembentukan prototipe dibutuhkan mesin.

Dirinya menjelaskan pembuatan kapsul lunak berbasis rumput laut dimulai dari optimasi formulasi skala lab yang dilakukan di lab Pengolahan Perikanan Agroindustri, kemudian dilanjutkan dengan produksi langsung di lokasi pabrik mitra industri.

“Mencari mitra yang mau mengembangkan kapsul lunak tidaklah mudah. Hingga akhirnya kami mendapatkan mitra yang cocok dan tertantang untuk mengembangkan kapsul lunak berbasis rumput laut ini,” ungkapnya. “Alhamdulillah kami telah melakukan kerjasama dengan PT Nova Chemie Utama (NCU) dan kerjasama ini masih berlanjut dengan harapan produk ini bisa dikomersialkan dan mengisi pasar domestik maupun luar negeri,” pungkasnya.

BRIN Kembangkan Riset Kapsul Lunak Berbasis Rumput Laut

https://eduwara.com/brin-kembangkan-riset-kapsul-lunak-berbasis-rumput-laut 


Eduwara.com, JAKARTA— Tim periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset aplikatif pengembangan kapsul lunak berbasis rumput laut untuk memaksimalkan potensi bahan baku yang melimpah dan naiknya permintaan kapsul untuk suplemen maupun multivitamin.

Periset PTA BRIN Taufik Hidayat mengatakan timnya berhasil menghasilkan kapsul lunak dengan elastisitas tinggi, tingkat daya rekat yang baik, tidak berbau, dan tidak bocor. 

“Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, tim melakukan kajian terkait aspek bahan baku dan komposisi formula yang dapat digunakan untuk menghasilkan kapsul lunak. Akhirnya didapatkan kombinasi karagenan [zat rumput laut] yang sesuai untuk dikembangkan di skala Industri,” ujar Taufik seperti dikutip dari situs resmi BRIN, Selasa (25/01/2022).

Dia menambahkan keunggulan menggunakan karagenan yaitu memiliki viskositas dan elastisitas yang tinggi, serta dipastikan halal untuk konsumen vegetarian.

Taufik sendiri optimis dengan hasil riset yang dilaksanakan oleh timnya. Ia mengklaim bahwa kapsul lunak berbasis tumbuhan ini akan lebih tepat serta optimal untuk membungkus bahan aktif (isian kapsul) yang juga berasal dari tumbuhan, seperti vitamin non-hewani, jamu, obat herbal, dan fitofarmaka.

Adapun, kebutuhan kapsul lunak (soft capsule) sendiri mencapai tiga miliar butir per tahunnya, dimana 90% diantaranya masih didominasi dari bahan gelatin hewani.

Tingginya penggunaan gelatin pada kapsul lunak, sejatinya bisa disubstitusi dengan penggunaan bahan berbasis vegetable (sayuran) yang bisa ditemukan di tumbuhan rumput laut sebagai bahan dasarnya. 

Terlebih, Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah China, dengan volume ekspor 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai US$ 279,58 juta berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Tren Vegan

Sementara itu, saat ini tren market dan masyarakat vegan sangat meningkat, bahkan populasinya mencapai 70% hampir diseluruh wilayah asia pasifik, bahkan sampai ke Indonesia. 

“Tren kapsul lunak juga mulai diminati oleh pelaku industri di dunia, bahkan industri kapsul besar di China memprediksi pada 2025 kapsul berbasis non-gelatin menjadi salah satu segmen yang paling menguntungkan,” ujarnya.

Dengan adanya riset yang dilakukan secara berkesinambungan oleh periset BRIN, diharapkan dapat menciptakan kapsul lunak rumput laut yang sesuai dengan standar farmakope dan BPOM sehingga siap untuk dikomersialkan dan dipasarkan kepada masyarakat.

“Kami telah melakukan kerjasama dengan PT Nova Chemie Utama (NCU) dan kerjasama ini masih berlanjut dengan harapan produk ini bisa dikomersialkan dan mengisi pasar domestik maupun luar negeri,” kata Taufik.

Rabu, 26 Januari 2022

Riset Soft Gel Rumput Laut

 https://www.brin.go.id/kebutuhan-suplemen-kapsul-meningkat-brin-kembangkan-riset-kapsul-lunak-rumput-laut/



Konsumsi suplemen dan multivitamin masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19 meningkat. Peningkatannya turut memengaruhi lonjakan kebutuhan suplemen dan multivitamin kemasan berbentuk kapsul. Bentuk kapsul yang diminati berupa cangkang kapsul maupun kapsul lunak. Kebutuhan kapsul lunak (soft capsule) sendiri mencapai tiga miliar butir per tahunnya, dimana 90% diantaranya masih didominasi dari bahan gelatin hewani.

Tingginya penggunaan gelatin pada kapsul lunak, sejatinya bisa disubstitusi dengan penggunaan bahan berbasis vegetable (sayuran) yang bisa ditemukan di tumbuhan rumput laut sebagai bahan dasarnya. Terlebih Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai USD 279,58 juta (data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Melimpahnya ketersediaan bahan baku serta potensi yang besar dari rumput laut, tim periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memutuskan melakukan riset aplikatif untuk produk bernilai tambah dari rumput laut, yaitu pengembangan kapsul lunak berbasis rumput laut.

Pada bulan Desember 2021 lalu, tim periset BRIN akhirnya berhasil menemukan formulasi yang tepat untuk digunakan dalam skala industri. Tim ini telah berhasil menghasilkan prototipe kapsul lunak yang diinginkan.

Periset PTA BRIN Taufik Hidayat mengatakan timnya berhasil menghasilkan kapsul lunak dengan elastisitas tinggi, tingkat daya rekat yang baik, tidak berbau, dan tidak bocor.

Taufik yang memiliki keahlian di bidang teknologi hasil perairan, khususnya rumput laut, langsung dipercayakan masuk ke dalam riset pengembangan kapsul keras dan kapsul lunak. Pada 2019 lalu, ia juga membantu dalam uji stabilitas cangkang kapsul rumput laut BPPT telah berhasil diserap oleh industri, yakni PT Kapsulindo Nusantara.

“Untuk mendapatkan karakteristik tersebut, tim melakukan kajian terkait aspek bahan baku dan komposisi formula yang dapat digunakan untuk menghasilkan kapsul lunak. Akhirnya didapatkan kombinasi karagenan yang sesuai untuk dikembangkan di skala Industri,” ujar Taufik yang menyelesaikan Sarjana dan Magisternya di Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor.

Ia menambahkan keunggulan menggunakan karagenan yaitu memiliki viskositas dan elastisitas yang tinggi, serta dipastikan halal untuk konsumen vegetarian.

Taufik sendiri optimis dengan hasil riset yang dilaksanakan oleh timnya. Ia mengklaim bahwa kapsul lunak berbasis tumbuhan ini akan lebih tepat serta optimal untuk membungkus bahan aktif (isian kapsul) yang juga berasal dari tumbuhan, seperti vitamin non-hewani, jamu, obat herbal, dan fitofarmaka.

Teknologi Pengembangan Kapsul Lunak

Saat ini tren market dan masyarakat vegan sangat meningkat, bahkan populasinya mencapai 70% hampir diseluruh wilayah asia pasifik, bahkan sampai ke Indonesia. “Tren kapsul lunak  juga mulai diminati oleh pelaku industri di dunia, bahkan industri kapsul besar di Tiongkok memprediksi pada tahun 2025 kapsul berbasis non gelatin menjadi salah satu segmen yang paling menguntungkan,” ujarnya.

Dengan adanya riset yang dilakukan secara berkesinambungan oleh periset BRIN, diharapkan dapat menciptakan kapsul lunak rumput laut yang sesuai dengan standar farmakope dan BPOM sehingga siap untuk dikomersialkan dan dipasarkan kepada masyarakat.

Pembuatan kapsul lunak di Indonesia sendiri dikatakan Taufik merupakan teknologi yang advance. Hal ini dikarenakan proses enkapsulasi dan pembentukan prototipe dibutuhkan mesin.

Dirinya menjelaskan pembuatan kapsul lunak berbasis rumput laut dimulai dari optimasi formulasi skala lab yang dilakukan di lab Pengolahan Perikanan Agroindustri, kemudian dilanjutkan dengan produksi langsung di lokasi pabrik mitra industri.

“Mencari mitra yang mau mengembangkan kapsul lunak tidaklah mudah. Hingga akhirnya kami mendapatkan mitra yang cocok dan tertantang untuk mengembangkan kapsul lunak berbasis rumput laut ini,” ungkap Arief. “Alhamdulillah kami telah melakukan kerjasama dengan PT Nova Chemie Utama (NCU) dan kerjasama ini masih berlanjut dengan harapan produk ini bisa dikomersialkan dan mengisi pasar domestik maupun luar negeri,” pungkasnya (sas, arf, rvl/ ed: drs)