Rabu, 09 Mei 2018

Beras Nelayan dari Tanaman Pesisir Rekayasa IPB


Atas kreativitas Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam aneka ragam olahan pertanian, kini masyarakat pesisir  punya beras yang diolah dari tanaman sekitar pesisir, seperti sagu dan lindur (mangrove).


Kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras selalu meningkat, padahal banyak tanaman-tanaman lokal yang bisa diolah untuk diversifikasi pangan. “Lidah dan perut masyarakat sudah terbiasa dengan nasi yang dibuat dari beras,” ungkap Dosen Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor, Prof. Nurjanah.
Salah satu jalan keluarnya adalah mengolah tanaman lokal tersebut menjadi beras analog (beras buatan). “Beras ini berupa beras tiruan yang terbuat dari sumber karbohidrat lain selain padi dan tepung terigu. Bahan baku yang biasa digunakan untuk pembuatan beras analog ini di antaranya singkong, sagu, jagung, umbi-umbian, dan lainnya. Nah, masyarakat pesisir kita yang dulunya makan sagu dan lindur (mangrove) bisa diarahkan untuk mengolahnya menjadi beras,” papar Prof. Nurjanah.
Selain lindur, tanaman sagu memiliki potensi terbaik untuk menjadi makanan pengganti nasi/beras. Kandungan kalori pati sagu setiap 100 g ternyata tidak kalah dibandingkan dengan kandungan kalori bahan pangan lainnya. Perbandingan kandungan kalori berbagai sumber pati adalah (dalam 100 g): jagung 361 Kalori, beras giling 360 kalori, ubi kayu 195 kalori, ubi jalar 143 kalori dan sagu 353 kalori.
“Pohon sagu banyak dijumpai diberbagai daerah di Indonesia, terutama di Indonesia bagian timur dan masih tumbuh secara liar, Pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan tradisional sudah sejak lama dikenal oleh penduduk di daerah penghasil sagu, baik di Indonesia maupun di luar negeri, misalnya Papua Nugini dan Malaysia,” jelas Mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Taufik Hidayat.
Pembuatan beras analog berbahan sagu dan lindur hampir serupa dengan pembuatan beras analog dari sumber karbohidrat lainnya yakni menggunakan sistem ekstruksi. “Bahan pangan akan dimasak kemudian dicetak menyerupai beras. Proses pembentukan menghasilkan grain yang mentah, berwarna opaque dan lebih mudah membedakan dari beras regular,” cerita Taufik.
Untuk bahan sagu dan lindur, bisa ditambahkan dengan bahan pengikat dan penstabil alami yaitu kitosan. "Kitosan merupakan turunan polisakarida yang berasal dari limbah udang,” tutur Taufik.






http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=3718&cHash=f3be64eac8f58a309f6743d13fd28955

Tidak ada komentar:

Posting Komentar