BOGOR – Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras tertinggi
di dunia, yaitu 139,5 kg/kapitalisme/tahun. Untuk mengurangi konsumsi
beras, dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) manfaatkan buah lindur
sebagai bahan pembuatan beras analog dengan mengkombinasikannya dengan
sagu dan kitosan.
Beras analog adalah beras yang diproduksi tidak dengan ditanam di
sawah, melainkan diproduksi di pabrik dengan mengolah dari bahan-bahan
pangan yang ada.
Inovasi ini merupakan salah satu dari empat karya Prof. Dr. Ir.
Nurjanah, MS, dosen sekaligus Guru Besar Teknologi Hasil Perairan, FPIK,
IPB yang terpilih sebagai empat dari 109 inovasi Indonesia tahun 2017
yang diumumkan oleh BIC (Business Innovation Center) pada tanggal 09
Agustus 2017 lalu.
Beras analog dari buah lindur yang dikombinasikan dengan sagu dan
kitosan merupakan inovasi dari penelitian Prof Nurjanah bersama dua
rekannya yakni Taufik Hidayat dan Pipih Suptijah.
Buah lindurnya yang digunakan merupakan mangrove yang banyak
ditemukan di Indonesia dan memiliki karbohidrat yang sama dengan beras
pada umumnya. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang sangat berguna bagi
masyarakat terutama pada daerah pesisir.
“Salah satu upaya untuk menghindari ketergantungan beras masyarakat
Indonesia adalah diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber
karbohidrat lokal sebagai produk pangan misalnya beras analog. Kami
menggunakan buah lindur karena buah lindur merupakan salah satu buah
yang merupakan sumber karbohidrat, terlebih produksinya yang melimpah di
Indonesia,” terangnya.
Rekan penelitian Prof Nurjanah, Taufiq Hidayat mengungkapkan bahwa
beras analog ini low indeks glikemik, banyak serat dan sangat cocok bagi
penderita diabetes. Adapun kombinasi buah lindur dengan sagu karena
menurutnya sagu termasuk komoditas penting yang belum termanfaatkan
secara optimal. Selain itu, Prof Nurjanah juga menggunakan kitosan
sebagai bahan pengikat dan penstabil.
“Kitosan memiliki sifat yang sama dengan bahan pembentuk tekstur
sintesis yang dapat memperbaiki penampakan dan tekstur suatu produk
karena memiliki daya pengikat air dan minyak yang kuat dan tahan panas,”
tambahnya.
Dari hasil penelitian Prof Nurjanah dan dua rekannya, didapati bahwa
tepung buah lindur dapat menjadi alternatif subtitusi terigu karena
mengandung karbohidrat yang tinggi yakni 86,10 persen. Sedangkan
formulasi beras analog terbaik adalah kombinasi 70 persen tepung lindur,
30 persen tepung sagu, dan kitosan 0,5 persen.
link terkait :http://www.pelitasatu.co.id/2018/01/16/dosen-ipb-teliti-buah-lindur-sebagai-bahan-pembuatan-beras-analog/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar